Minggu, 31 Maret 2013

Jakarta - Karawang pp

Tahun 2012 kami tutup dengan wisata murah meriah, yang bikin kami tidur pulas di malam pergantian tahun. Kami menjajal rute Jatinegara Baru (Stasiun Buaran, Jaktim) - Karawang pp, menyusuri jalan di sepanjang tepian Kalimalang. Total jarak yang ditempuh sekitar 54 km sekali jalan. 

Dalam rombongan ada Tia (adik), Wira (suami Tia), Adi (suami), Kaysan (anak), dan saya. Kami berangkat di hari Minggu pagi, 30 Desember 2012. Lalu bermalam di rumah ortu Wira di Karawang. Kemudian kembali di pagi hari berikutnya, 31 Desember 2012.

Ide menyusuri Kalimalang terbersit begitu saja. Setelah beberapa kali kami berlima menikmati asyiknya bersepeda menyusuri tepian Kanal Banjir Timur (Pondok Kopi-Pantai Marunda, sekitar 45 km pp), terpikir untuk bersepeda menyusuri sungai lainnya.  Apalagi menurut info dari ibunda Wira, jalan inspeksi Kalimalang dalam dalam kondisi baik hingga Karawang.

Rencana awalnya Kaysan, anak lelaki kami yang berusia 9 tahun akan dibonceng. Tapi kami justru khawatir ia akan terserang kantuk di jalan bila dibonceng. Akhirnya setelah melihat ketetapan hatinya untuk bersepeda sendiri serta kemampuannya bersepeda jarak jauh di tengah lalu lintas normal, maka dengan Bismillah Adi dan saya memberanikan diri untuk memberi Kaysan kesempatan.

 

Mempelajari rute
Tia dan saya mempelajari detail rute yang akan ditempuh sebelum berangkat dari google map, browsing pengalaman orang lain, maupun tanya kenalan. Akhirnya kami putuskan untuk menyusuri sisi rel kereta api dari Jatinegara Baru sampai Stasiun Bekasi. Lalu belok menyusuri tepian Kalimalang menuju Bekasi Timur-Cibitung-Cikarang-Karawang. Rute yang kami lalui bisa dilihat di sini.

Sejujurnya, Adi dan saya sempat galau berat dengan keputusan mengajak Kaysan. Jalur Kalimalang sudah bisa dipastikan akan jauh lebih ramai dengan kendaraan bermotor dibanding Kanal Banjir Timur. Tapi kami tidak ada bayangan seberapa ramai dan aman rute ini bagi anak-anak. 

Akhirnya untuk memastikan keamanan, 2 hari sebelum perjalanan Tia dan saya survei rute dengan mobil. Tapi kami hanya bisa sampai Cibitung, karena terhadang antrian container yang terjebak macet ketika hendak masuk ke dalam tol Cikampek. Kesimpulan kami, walaupun ramai, rute ini masih bisa ditempuh. 

Ternyata Adi belum bisa percaya hasil survei dengan mobil sepenuhnya. Hingga esoknya ia pergi survei mengendarai sepeda untuk meyakinkan diri. Alhamdulillah, akhirnya keputusan akhirnya rencana tetap dijalankan. Hanya saja penting untuk pergi sepagi mungkin, supaya belum terlalu ramai dan panas.

 

Persiapan perlengkapan dan perbekalan

H-1 jadi hari yang sibuk. Kami masih belanja perlengkapan dan perbekalan. Sebuah pannier milik saya dirasa tidak cukup mengangkut segala berbekalan dan baju ganti. Wira akhirnya cari pannier baru untuk sepedanya lewat telpon. 

Kami juga pergi ke Felizon, sebuah toko sepeda dan perlengkapannya di STC karena saya perlu cari helm (biasanya pinjam punya Tia). Ujung-ujungnya kami semua jadi tergoda beli celana sepeda berpadding. Keputusan yang tepat, karena kalau tidak bisa-bisa bokong kami kapalan sesudahnya. Kaysan juga dapat sebuah botol dan tempat minum untuk sepedanya.

Untuk perbekalan, kami beli pisang, beng beng, quacker oats cookies, fit bar, roti sobek, pocari sweat. Di samping pastinya nanti bawa air putih. Sampai di rumah sudah lumayan larut, kami pun masih harus cek angin semua sepeda, siapkan ban cadangan, pompa, dan kunci sepeda, bersiap untuk keadaan darurat. Alhasil rencana tidur lebih awal, cuma tinggal rencana.

 

Etape 1: Jatinegara Baru - Bekasi Timur (14 km)

Kami tidak sarapan terlalu banyak sebelum berangkat. Sekalipun teorinya mau berangkat pk. 5:30 WIB, kami akhirnya baru jalan pk. 6:00 (km 0), setelah berdoa dan berfoto bersama. 

Perjalanan relatif nyaman di pagi hari, udara masih sejuk. Lalu lintas sepanjang Jl. I Gusti Ngurah Rai (Stasiun Buaran) hingga Stasiun Bekasi juga masih sepi dari kendaraan bermotor. Banyak pesepeda lain melintas di jalan, baik yang menuju Bekasi ataupun Jakarta. Tapi memang hanya kami yang  sepedanya penuh gembolan. 

Selepas Stasiun Bekasi, kami masih lurus melewati Jembatan Kali Bekasi, Pasar Bekasi dan berbelok kanan memasuki Jl. R.A.Kartini menuju Kalimalang. Sekitar pk. 7 kami sampai di Jl. Chairil Anwar (km 11) dan mulai menyusuri Kalimalang. Tak lama kemudian kami bertemu pom bensin pertama (km 14), dimana kami berhenti untuk istirahat, toilet stop, minum, dan tambah asupan. 

 

Etape 2: Bekasi Timur - Cibitung (14 km)

Setelah 10 menit istirahat, kami pun mulai melanjutkan perjalanan Etape 2. Lalu lintas di etape ini relatif lebih padat. Kami harus berhati-hati agar tetap di pinggir. Beberapa angkutan elf, bis mikro, bahkan sesekali ada bis besar melintas. Jalanan pun tidak sepenuhnya mulus. Kondisi hampir sama sampai jalan akses tol Cibitung (km 21, tempat kami terhenti saat survei dengan mobil).

Setelah menyeberangi jalan akses tol, kami melewati Pool Bis Sinar Jaya Cibitung. Lalu lintas relatif lebih sepi setelahnya. Adi yang di paling belakang memperhatikan Kaysan mulai kelelahan. Matahari memang mulai naik. Panasnya terasa menyengat, apalagi kami bersepeda menuju arah timur.

Sebenarnya tidak ada tempat yang cukup nyaman untuk berhenti, tapi kami putuskan untuk tetap menepi di sekitar km 24. Kami berlindung di balik container yang sedang parkir, memberi kesempatan Kaysan istirahat sejenak, minum dan makan untuk tambah tenaga. Sejak awal kami memang sepakat untuk mengikuti tempo bersepeda Kaysan.

Tia dan Wira yang sudah lebih di depan ternyata cepat menyadari kami berhenti dan segera menunggu. Setelah berhenti sekitar 10 menit, kami pun melanjutkan perjalanan. Jam di tangan saya menunjukkan pk. 8.  

Baru sekitar 4 km kembali mengayuh, kami melihat tempat yang cukup nyaman untuk istirahat. Ada bangku panjang dan warung didekatnya. Kami berhenti sekitar 30 menit di tempat tsb, buka perbekalan dan sempat beli teh botol. Terhitung kami sudah menempuh 1/2 perjalanan ketika mencapai tempat istirahat ketiga tsb.  

 

Etape 3: Cibitung - Cikarang (11 km)

Sekitar pk. 9 kami mulai perjalanan etape ketiga. Kami mencium bau tajam bahan kimia ketika menyusuri kawasan industri Cibitung. Sebelum sampai persimpangan jalan akses tol Cikarang, kami melewati lagi sebuah jembatan besar, Jembatan Cibening. Di bawahnya mengalir Sungai Cikarang.  

Selepas jalan akses tol Cikarang, kami melewati beberapa pintu masuk Kawasan Industri Jababeka. Kemudian lalu lintas semakin sepi, walaupun kami tetap harus waspada dengan kendaraan yang sesekali melintas dengan kecepatan tinggi. 

Pemandangan pun drastis berubah. Kini kami bisa benar-benar bisa menikmati Kalimalang di sisi kanan jalan beserta alunan arusnya. Kami sempat melihat seorang pengembala menggiring ternaknya di seberang kali.

Di sisi kiri jalan terhampar sawah khas pedesaan. Gunung Sangga Buana menjulang di hadapan kami. Sungguh memanjakan mata, serasa bersepeda di pinggiran kanal negeri kincir angin. Saya sempat merekam rombongan sambil melaju di sepeda.  Sekitar pk. 9.20 kami kembali istirahat sejenak di km 39 (tepat di balik Rest Area km. 39 Tol Cikampek).

 

Etape 4: Cikarang - Jembatan Cibeet - Karawang Barat (8 km)

Tak berapa lama setelah melanjutkan perjalanan, kami memasuki daerah perbatasan Bekasi dan Kawarang. Persoalan klasik daerah perbatasan tampak nyata. Saling lempar tanggung jawab menyebabkan jalan dibiarkan tak terawat. Jembatan Sungai Cibeet yang membatasi kedua daerah tersebut dalam kondisi memprihatikan. Lubang besar menganga di beberapa tempat. 

Kami sempat turun dan berfoto di pintu air Kalimalang tepat setelah Jembatan Cibeet. Terlihat Kalimalang yang seperti mendadak terputus oleh aliran Sungai Cibeet. Kalimalang dialirkan menyeberangi Sungai Cibeet dengan jembatan siphon. Beberapa nelayan tampak menebar jala di dekat pintu air. 

Hari sudah menunjukkan pk. 10 ketika kami meninggalkan Sungai Cibeet. Kami lanjutkan perjalanan dan tak berapa lama sampai ke persimpangan Sangga Buana. Di titik ini, kami harus belok kiri meninggalkan jalan tepian Kalimalang. Beruntung Wira mengenal baik daerah ini. Beberapa kali iringan truk pengangkut pasir dari arah Gunung Sangga Buana mendahului kami.

Hanya sepanjang 2 km kami terpisah dari  Kalimalang. Kemudian jalur yang kami lalui kembali berada di tepian Kalimalang. Sekitar 2 km kemudian, kami sudah berada di bawah flyover jalan akses tol Karawang Barat. Sekali lagi kami istirahat sekitar 10 menit, di pertigaan jalan akses menuju Perumahan Teluk Jambe.

 

Etape 5: Karawang Barat - Rumah Wira (7 km)

Kami kembali mengayuh sekitar pk. 10:40. Etape ini jadi bagian yang paling bikin frustasi. Barangkali karena secara psikologis kami pikir tujuan akhir sudah dekat dan juga secara fisik sudah lelah. Apalagi saya tidak mempelajari detail etape ini. Kami semua pasrahkan kepada Wira untuk memilih rute yang paling aman menuju rumah orang tuanya. 

Jarak sejauh 7 km terasa tidak ada habisnya. Sebenarnya rumah ortu Wira bisa dengan mudah dicapai melalui terusan jalan akses tol Karawang Barat. Tapi lalu lintas di jalan ini sangat padat, bis-bis besar yang lalu lalang dengan kecepatan tinggi.

Sehingga Wira membawa kami lewat jalan dalam kota yang terasa penuh liku. Beda sekali dengan 40 km perjalanan sebelumnya yang praktis hanya menempuh jalan lurus saja. Demi jalan pintas, kami sempat tertahan di pasar yang becek dengan lalu lintas tersendat.  

Lepas dari semuanya, alhamdulillah akhirnya sampai juga kami di rumah ortu Wira pk 11.30. Total durasi 5 jam 30 menit menempuh jarak 54 km dengan 4 kali istirahat pendek (@10 menit) dan 1 kali istirahat panjang (30 menit).

 

Perjalanan pulang Karawang - Jakarta

Setelah malamnya ditraktir makan enak oleh ortu Wira, kami tidur nyenyak dan keesokan paginya kembali siap berangkat pk. 6:00. Berhubung hari masih pagi dan bis belum terlalu ramai, kami memilih lewat jalan akses tol Karawang Barat menuju simpang Kalimalang. 

Sungguh pengalaman tak terlupakan menjalani segmen terbaik Kalimalang di pagi hari. Apalagi saat perjalanan pulang, tak ada lagi pembatas antara kami dan Kalimalang. Terlihat aktivitas beberapa warga sekitar yang tengah memanfaatkan Kalimalang sebagai MCK. Selain itu ada juga sekelompok lelaki yang mencari ikan dengan berpelampung ban dalam.

Selama perjalanan pulang kami hanya berhenti 2 kali untuk istirahat sejenak. Sekitar pk 10:30 kami sudah tiba di Stasiun Cakung. Kami putuskan untuk makan siang dulu di sebuah warung bakso, supaya sampai rumah bisa langsung leyeh-leyeh. Alhamdulillah sekitar pk. 11:30 WIB kami sudah kembali tiba di Jatinegara Baru. 

Ringkasan rute  - Total 53,7 km

  • Jatinegara Baru Jaktim - Jl. Chairil Anwar (Bekasi Timur) = 11,8 km
  • Bekasi Timur - Cibitung = 9,4 km
  • Cibitung - Cikarang = 7,5 km
  • Cikarang - Sungai Cibeet = 11,2 km
  • Sungai Cibeet - Jl. Akses Tol Karawang Barat = 6,3 km
  • Jl. Akses Tol karawang Barat - Rumah Wira = 7,5 km
Istirahat perjalanan pergi di km 14, 24, 28, 39, dan 47.

3 komentar:

  1. Semangat terus pa.... Bagian hulu sungai Kalimalang berada di Bendungan Curug Desa Curug Kecamatan Klari Kabupaten Karawang, tepatnya persis di perbatasan antara Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang dengan Kecamatan Klari Kabupaten Karawang

    BalasHapus
  2. seru juga perjalanannya naik sepeda...

    BalasHapus
  3. Mantab...jadi pengen gowes juga pak..
    Semangat terus pak...

    BalasHapus

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...