Jumat, 10 Februari 2017

Summary of triathlon race results

 
DSJ Triathlon 2015 - 20 September 2015 (Results) - 31:40
Category C (11-12 tahun)
  • Swim: 200 m - 04:54
  • T1 - 01:54
  • Bike: 4 km - 10:08
  • T2 - 00:22
  • Run: 2 km - 14:19

Triathlon Buddies 2016 - 24 Januari 2016 (Results Razzaa Aziz) - 49:58
Category B (9-12 tahun)
  • Swim: 200 m - 05:26
  • T1 - 01:15
  • Bike: 8 km - 20:03
  • T2 - 01:26
  • Run: 3 km - 21:45

DSJ Triathlon 2016 - 25 September 2016 (Results) - 32:05
Category C (11-12 yo)
  • Swim : 200 m - 05:02
  • T1 - 00:56
  • Bike: 4 km - 10:45
  • T2 - 01:25
  • Run: : 2 km - 13:56

Triathlon Buddies 2017 - 4 Februari 2017 (Results) - 52:36
Category C (11-13 yo)
  • Swim: 200 m - 04:48
  • T1 - 02:28
  • Bike: 7,5 km - 20:19
  • T2 - 00:46
  • Run: 3,1 km - 24.16




DSJ Triathlon 2015 Results

DSJ Triathlon 2015 Detail

Triathlon Buddies 2016 Results

Triathlon Buddies 2016 Detail

DSJ Triathlon 2016 Results

DSJ Triathlon 2016 Detail


Triathlon Buddies 2017 Results

Selasa, 24 Mei 2016

Sesi Evaluasi Homeschooling di BINSER 2016

Diskusi di balik layar
Evaluasi Homeschooling (HS), itu jatah topik presentasi yang saya terima bersama Irma Nugraha dan Mbak Moi Kusman, untuk Acara Bincang Seru Homeschooling 2016 Sabtu (21/5/16) lalu. Total ada 4 sesi presentasi dengan topik menimbang HS, memulai HS, keseharian HS, dan evaluasi HS sebagai penutup.

Kami bertiga memang sama-sama punya anak di atas 12 tahun, bahkan dua anak Mbak Moi sudah lulus kuliah dan bekerja. Tapi ketika harus berbicara tentang evaluasi, kami semua sama-sama meraba-raba. Untuk mengawali persiapan ini, kamipun membuat grup diskusi kecil.

Irma yang 'mengaku' selalu galau memulai diskusi dengan menumpahkan sederet pertanyaan yang dijawab oleh Wiwiet, Mbak Moi, atau cukup sering dijawabnya sendiri :-). Selain itu Irma juga aktif menjelajah mencari teori terkait asesmen. Sementara saya asyik memetakan apa yang Irma curahkan dan jawaban-jawabannya.

Inilah sedikit cerita di balik layar dari lahirnya mindmap evaluasi yang saya tampilkan saat acara Bincang Seru Homeschooling 2016. Sungguh saya merasa bersyukur bisa mendapat kesempatan belajar di belakang layar ini. Sebuah momen refleksi terhadap pilihan kami untuk mendidik anak dengan berbasis keluarga.


Luasnya lingkup evaluasi
Proses curah ide bersama dan mind map yang dihasilkan menyadarkan saya tentang betapa pilihan homeschooling membuka peluang dan memberikan kelenturan (fleksibilitas) dalam melakukan evaluasi. Sehingga jangan sampai lagi-lagi terpaku pada cara evaluasi yang konvensional, seperti rapor atau ijazah.
Mind map evaluasi

Evaluasi setidaknya bisa ditinjau dari aspek 5W 1H atau ADIK SIMBA dalam Bahasa Indonesia, yakni Apa, DImana, Kapan, SIapa, Mengapa, dan BAgaimana. Menurut saya kesadaran betapa luasnya lingkup evaluasi dan orang tualah pemegang kendalinya itu penting untuk menghalau galau.

Selanjutnya orang tua bisa memilih evaluasi seperti apa yang sesuai. Evaluasi dapat dilakukan dalam keseharian dan kehidupan nyata, namun kita perlu sadar supaya momen evaluasi yang berharga tidak terlewat begitu saja. Bagi saya evaluasi anak sekaligus menjadi proses refleksi diri terhadap peran saya dan suami sebagai fasilitator belajar anak dan merencanakan apa yang perlu saya persiapkan untuk langkah berikutnya.
Ada 5 tips terkait Evaluasi Homeschooling yang dirumuskan oleh tim Sesi 4, yaitu:
  1. Percaya anak (trust)
  2. Caranya banyak, ga hanya ala sekolahan
  3. Pilih indikator yang sesuai visi keluarga
  4. Manfaatkan keseharian & kehidupan nyata
  5. Jangan kena jebakan betmen (membandingkan anak dengan anak lain)
Supaya terhindar dari jebakan betmen caranya adalah:
  1. Terinspirasi, jangan terintimidasi
  2. Diet informasi.

Ilustrasi contoh evaluasi
Lewat medium sepeda, benda yang sangat dekat dengan keseharian anak, dapat dilakukan evaluasi yg terintegrasi & berkelanjutan thd aspek pembelajaran, baik sikap, nilai, keterampilan & pengetahuan. Perkembangan anak dipantau dalam jangka panjang, bisa tahunan. Indikator yang digunakan juga berkembang seiring dgn waktu.


Saat balita, kami ajarkan anak naik sepeda dgn tujuan latihan motorik kasar, kordinasi, & keseimbangan, yang menjadi bagian dari milestone tumbuh kembang anak usia 3-6 thn. Ketika semakin besar kami manfaatkan untuk melatih kemandirian dan memberi peluang agar daya jelajah lebih luas.

Kami ajarkan untuk selalu berdoa sebelum berangkat serta menyapa petugas keamanan yang dilewati sepanjang jalan. Selain membiasakan untuk menghargai orang lain, juga membuatnya dikenal, dengan harapan lingkungan sekitar turut menjaganya ketika ia bepergian seorang diri.

Kami juga menanamkan kebiasaan menjaga keamanan diri sendiri & orang lain saat berlalu lintas, seperti memakai helm, jalan di kiri, dan berhenti di persimpangan. Kami tidak tahu seberapa paham ia dengan manfaat pakai helm. Tapi melihatnya tetap dengan helm sekalipun tidak ada satupun temannya yang bersepeda dengan helm membuat kami besar hati. Setidaknya ia berani untuk berbeda & tidak terintimidasi.

Kepercayaan melepaskannya untuk bersepeda sendiri memberinya kesempatan berhadapan dengan tantangan & kesulitan seorang diri. Pernah bannya bocor dan ia harus menuntun sepeda untuk pulang kurang lebih 1,5 km di usia 7 tahun seorang diri. Selain itu juga melepasnya sendiri memberi kesempatan untuk berinisiatif mandiri bersama teman, seperti pernah ia janjian pergi menengok teman yang sakit di usia 8 tahun.

Bersepeda juga membuat anak bahagia dan ketagihan. Kami mulai mencari rute yang lebih panjang, hingga akhirnya ia terbiasa dgn jarak 20 km dan terus meningkat. Sampai akhirnya kami merancang merancang perjalanan bersepeda jarak jauh, Jakarta - Karawang, karena ingin menelusuri Kalimalang.

Perjalanan ini menjadi kesempatan melihat ketahanan mental dan fisik, tanpa merasa dievaluasi. Di samping kami menemui banyak hal baru di sepanjang perjalanan seperti pabrik, pintu air, & kehidupan sepanjang sungai. Sepulang perjalanan, kami ajak untuk coba menulis dan mengirimkan cerita perjalanan tsb ke Rubrik Berani Menjelajah National Geographics Kids. Untuk pertama kalinya tulisannya diterima. Sejak itu ia beberapa kali menulis cerita perjalanannya & dimuat di rubrik yang sama.

Kesenangan bersepeda juga membawanya mencoba triathlon di tahun 2015. Kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan renang, sepeda, dan larinya secara terukur akurat. Ia tertarik untuk mencoba lagi di tahun berikutnya dengan target lebih dari yang diperolehnya. Triathlon memang bukan tentang menang kalah terhadap orang lain, tapi kekuatan mengalahkan diri sendiri.

Selain itu ia juga pernah tertarik mencoba balapan sepeda. Ajang yang sangat kompetitif ternyata dan hasilnya jauh di belakang. Tapi ini membuka matanya bahwa di atas langit masih ada langit, dan ternyata untuk bersepeda ada tekniknya. Ia juga pernah mencoba sepeda cross country bersama ayahnya, tapi ternyata ia merasa tidak menikmati. Ketika ia bisa berpendapat tentang apa yang disuka dan mana yang tidak disuka, itu sudah jadi poin penting bagi saya.

Saya juga mulai mengenalkan tentang keberpihakan terhadap pengguna sepeda dan pejalan kaki. Lewat perjalanan bersepeda dengan kenalan baik di Yogya ia bisa merasakan perbedaan mengendarai sepeda di dua kota dan menilai keberpihakan kota terhadap pesepeda. Saya juga mulai mengenalkan tentang emisi yg ditimbulkan dari kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kehidupan, berharap ia bisa mengambil pilihan yang bijaksana kelak ketika dewasa.

Saat ini yang terlihat adalah ketika sebagian besar anak seusianya di komplek tempat tinggal kami mulai naik motor, ia tetap menikmati sepedanya. Ia tahu bahwa motor bukan untuk anak-anak. Perlu usia yang cukup & SIM untuk mengendarainya.
 
Referensi:
(1) Tujuan, fungsi, dan prinsip asesmen
(2) Recordkeeping Oklahoma Homeschool

Senin, 16 Mei 2016

Proyek365 Menulis

Lama sudah ingin menuliskan tentang Proyek365Menulis yang dijalankan Kaysan sepanjang 2014, tapi terus tertunda. Tugas mempersiapkan Sesi Evaluasi di acara Bincang Seru Homeschooling 2016 membuat saya akhirnya rampung menuliskannya.

Kaysan terinspirasi Tante Tia, adik saya yang lebih dulu memulai Proyek 365 of 2014. Tia membuat target untuk posting foto dari kejadian sehari-hari dengan keterangan setiap hari selama 365 hari mulai tanggal 1 Januari 2014.

Kaysan memulai proyeknya lima hari kemudian. Praktis tanpa arahan sama sekali dari saya maupun Tia. Ia memutuskan akan bercerita apa yang dia alami atau kejadian di hari tersebut lewat tulisan dan memuatnya ke blog pribadi setiap hari selama 365 hari tanpa putus.

Saya mendukung sekali inisiatifnya ini, karena salah satu kemampuan yang ingin kami kembangkan dari dirinya adalah kemampuan literasi, yang meliputi mendengar, bicara, membaca, dan menulis. Sekalipun ini proyek menulis, jangan bayangkan isi tulisannya panjang lebar.

Lihat saja di hari pertama, tulisannya hanya terdiri dari dua kalimat tentang komik yang dibacanya. Tapi bagi saya itu sudah menyenangkan, ia bisa menyampaikan fakta dan opini.



Awalnya saya bayangkan ia akan menulis seperti diari, secara kronologis kejadian satu hari, ternyata tidak demikian. Ia memilih topik dari kejadian di hari tsb, lalu ia mengeksplorasi lebih lanjut. Tak jarang ia menutup tulisan dengan kesimpulan ataupun opini. Seiring berjalannya waktu, tulisannya pun makin panjang.










Topik pilihannya sangat beragam dan kadang muncul tulisan yang membuat kami terkaget-kaget. Lewat tulisannya kami bisa melihat cara berpikirnya, wawasan, hingga keberpihakannya. Seperti dalam tulisan tentang Turap Ciliwung di bawah ini.


Luasnya topik yang diangkat, membuat kami jadi menanti-nanti apa yang akan ditulis Kaysan. Hingga rasanya ada yang hilang ketika Proyek365Menulis ini berakhir, tapi juga sekaligus luar biasa legaaaaa.
Kelegaan ini muncul karena terus terang ini proyek yang dijalani ini tidak mudah. Komitmen dan konsistensi benar-benar diuji. Semangatnya Kaysan naik turun. Sepanjang jalan keluarga inti dan keluarga besar menjadi cheerleadersnya.

Ada di satu titik menjelang berakhir, kejenuhan sepertinya tak tertahan, dimana ia marah dan ingin berhenti. Sejujurnya saya juga bimbang antara terus mendorong atau membiarkannya berhenti. Tapi ternyata ketika pikiran tenang dan bisa berpikir jernih, ia lanjut kembali. Di ujung kerja keras, ia bisa merasakan manisnya keberhasilan mengalahkan diri sendiri.



Dari proyek yang mulai secara spontan ini ternyata kami bisa mengevaluasi banyak hal, antara lain komitmen, konsistensi, kemampuan observasi, ekslorasi, analisis, beropini, dan literasi. Kami juga merasakan peran penting keluarga besar dan sahabat yang turut memotivasi anak kami

Selasa, 22 September 2015

Triathlon pertama

Bagaimana rasanya Kay pas lari? Kamu jalan nggak? tanya saya penasaran ke Kaysan usai ia merampungkan triathlon pertamanya minggu lalu (20/9/15). Berlari 2 km setelah berenang 200 m dan bersepeda 4 km tentu bukan hal yang ringan.

"Capek lah Bu...sempet jalan sedikit, tapi habis itu lari terus sampai finish. Soalnya pas baru jalan ada anak yang tiba-tiba tanya, kamu capek ya? Aku juga, tapi jangan jalan, jogging aja yuk," ajak anak yang bertanya ke Kaysan. "Akhirnya kita lari sama-sama, tapi dia makin pelan, jadi Kaysan duluan," tambah Kaysan.

Sesaat saya hilang kata mendengar cerita Kaysan. Sungguh kualitas karakter juara yang dimiliki anak pemilik no BIB 230 tsb dan beruntung Kaysan bertemu di triathlon pertamanya. Pertemuan tsb menggenapi pengalaman triathlon pertama Kaysan yang ternyata tidak hanya menguji ketahanan fisik, tapi juga memperkuat karakter sejak persiapannya.

Swim 200 m, cycle 4 km, run 2 km, and finish strong...
  
Vincentius Bintang Sugandi, pemilik karakter juara

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...