Selasa, 22 September 2015

Triathlon pertama

Bagaimana rasanya Kay pas lari? Kamu jalan nggak? tanya saya penasaran ke Kaysan usai ia merampungkan triathlon pertamanya minggu lalu (20/9/15). Berlari 2 km setelah berenang 200 m dan bersepeda 4 km tentu bukan hal yang ringan.

"Capek lah Bu...sempet jalan sedikit, tapi habis itu lari terus sampai finish. Soalnya pas baru jalan ada anak yang tiba-tiba tanya, kamu capek ya? Aku juga, tapi jangan jalan, jogging aja yuk," ajak anak yang bertanya ke Kaysan. "Akhirnya kita lari sama-sama, tapi dia makin pelan, jadi Kaysan duluan," tambah Kaysan.

Sesaat saya hilang kata mendengar cerita Kaysan. Sungguh kualitas karakter juara yang dimiliki anak pemilik no BIB 230 tsb dan beruntung Kaysan bertemu di triathlon pertamanya. Pertemuan tsb menggenapi pengalaman triathlon pertama Kaysan yang ternyata tidak hanya menguji ketahanan fisik, tapi juga memperkuat karakter sejak persiapannya.

Swim 200 m, cycle 4 km, run 2 km, and finish strong...
  
Vincentius Bintang Sugandi, pemilik karakter juara


Mengapa Triathlon?
Info acara Deutsche Schule Jakarta Kids Triathlon 2015 ini saya dapat dari seorang sahabat suami yang maniak lari menjelang hari Raya Idul Fitri. Kaysan langsung bersemangat ingin ikut ketika ditawarkan. Apalagi dua sobatnya, Bagas dan Fattah juga tertarik. Terima kasih infonya om Adjat Basarah.

Sebenarnya suami dan saya menawarkan Kaysan triahtlon dengan modus memompa motivasi usai Ramadhan. Kaysan yang istirahat penuh dari aktivitas olahraga rutin yang terstruktur sepanjang Ramadhan, biasanya merasa berat ketika akan memulainya kembali. Padahal kebugaran fisik merupakan salah satu hal yang kami sepakat perlu dikembangkan dan dijaga.

Kaysan belajar renang sejak usia 5,5 tahun dan terus berlatih selama empat tahun. Tapi dua tahun terakhir ini berhenti berenang dan memilih bergabung dengan RACE (Rawamangun Athletic Center), klub Atletik anak-anak yang bermarkas di Stadion Velodrome. Menurut Kaysan, latihan atletik ini sangat menyenangkan, tapi belakangan latihan atletik pun mulai bolong-bolong, sepertinya muncul kejenuhan.

Kalau saya perhatikan, anak-anak yang bertahan latihan untuk periode yang panjang biasanya berorientasi prestasi. Bagi jalur prestasi, kompetisi yang sudah terjadwal secara berkala menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Sementara tujuan kami mendorong Kaysan rutin berolahraga terstruktur lebih untuk menjaga kebugaran jasmani dan stimulasi pertumbuhannya. Frekuensi latihan yang dijalaninya tidak cukup intensif untuk masuk jalur prestasi, karena ia lebih tertarik dan berminat dengan banyak hal lain.

Sementara itu tujuan menjaga kebugaran fisik tampaknya masih terlalu abstrak bagi anak seusia Kaysan. Sehingga tantangan tetap perlu diselipkan untuk meningkatkan dan menjaga semangat latihan. Sayangnya tidak terlalu banyak kesempatan mengukur kemampuan diri bagi olahraga non prestasi. Triathlon ini saya lihat tepat sekali untuk mengukur capaian latihan pribadi.

Berlatih membuat prioritas dan menahan keinginan
Sesuai harapan  rencana ikut triathlon membuat Kaysan semangat untuk kembali latihan renang dua kali seminggu setelah dua tahun vakum. Latihan atletik juga kembali semangat dijalani rutin dua kali seminggu. Sementara untuk sepeda tidak ada latihan khusus, karena bersepeda memang bagian dari kesehariannya.

Sekitar 6 minggu latihan dijalaninya selepas Idul Fitri hingga menjelang hari H Tantangan terberat dalam persiapan bukan latihannya, tapi pengorbanan waktu bermain bola di lapangan tempat tinggal kami. Biasanya begitu jarum jam tepat pada pukul 16, Kaysan selalu meluncur ke lapangan bola dan bermain bersama teman-teman sebayanya.

Di minggu ke-5 ia nyaris sudah tak tahan ingin bolos latihan demi bermain dan berencana latihan lagi di minggu ke-6. Walaupun akhirnya ia urungkan setelah diminta untuk berpikir ulang. Momen ini ternyata menjadi pelajaran berharga tentang membuat prioritas, tidak menunda rencana, dan menahan keinginan. Karena di awal minggu ke-6 mendadak ia sakit perut dan tidak bisa berlatih. Baru tiga hari menjelang hari H ia kembali bisa berlatih ringan.

Menguji ketahanan fisik, kemandirian, dan fokus
10 hari sebelum hari H, panitia sudah mengirimkan race guide. Di dalamnya memuat petunjuk detail tentang panjang lintasan dan rute yang harus dilalui, serta cara transisi. Ada 5 kategori usia yang a menempuh panjang lintasan dan rute yang berbeda. Orangtua diminta memandu anaknya di rumah untuk mengingat apa yang harus dilakukan, karena saat hari H orangtua sudah tidak bisa mendampingi anaknya.

Transisi pertama yang paling menguji kemandirian. Setelah berenang, anak harus bisa mengeringkan kaki, memakai sepatu, mengikat tali sepatu, memakai kaos, memakai helm, dan mengeluarkan sepeda dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sempat dapat saran untuk pakai sepatu tanpa tali atau cari strap supaya tidak perlu mengikat tali sepatu, tapi setelah dipikir-pikir lagi ini kesempatan biar Kaysan mahir mengikat tali sepatu yang kencang :-)
Untuk Kaysan yang masuk kategori C (usia 11-12 tahun), ia harus berenang mengikuti lintasan berbentuk huruf M sepanjang 100 m sebanyak 2 kali, lalu bersepeda dalam lintasan sepanjang 1 km sebanyak 4 lap, dan berlari di lintasan lari sepanjang 400 m sebanyak 5 lap. Total 200 m berenang, 4 km bersepeda, dan 2 km berlari.
Sekalipun sudah mempelajari panjang lintasan dan rute di rumah, tapi ternyata saat melakukannya dibutuhkan konsentrasi ekstra karena ada beragam kategori usia yang bertanding bersamaan. Apalagi marshal yang memandu peserta jumlahnya terbatas. Bila hilang fokus bisa jadi menempuh jarak yang lebih atau kurang dari yang seharusnya, seperti yang dialami beberapa peserta. Belum lagi gangguan dari teriakan penonton yang kadang ikut memberi instruksi tapi malah menyesatkan. Alhamdulillah Kaysan bisa sampai garis finish tanpa kehilangan fokus.

Selamat dan terus semangat
Selamat Kay, kamu sudah lulus tidak hanya dari ujian ketahanan fisik, tapi juga ujian membuat prioritas, menahan keinginan, kemandirian, dan fokus. Ibu & ayah bangga sekali! Terus semangat berolahraga.

Hasil tanding dapat dilihat daring. Pengalaman pertama ini sangat bermanfaat sebagai catatan awal kebugarannya dan tolak ukur untuk meningkatkan waktu terbaiknya. Apalagi baru saja finish, ia sudah merencanakan untuk ikut triathlon lagi :-D








3 komentar:

  1. Sangat terkesan dengan kedua ortu yang sejak dini sudah berpikir ke arah tumbuh kembang anak terutama kemandirian dan juga kebugaran. Selamat juga utk Kaysan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak untuk apresiasinya :-D

      Hapus
  2. ketahanan fisik yang prima dibutuhkan.
    sejarah basket

    BalasHapus

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...