Jumat, 03 Februari 2012

Pelatih penuh dedikasi itu telah pergi (Herman Sudirman, 13 Juli 1950 - 31 Januari 2012)

Diiringi rintik gerimis, seorang pelatih sepakbola anak-anak yang penuh dedikasi diantarkan keluarga, sahabat, dan anak asuh yang menyayanginya, ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Pemakaman Pondok Kelapa, Jakarta Timur kemarin (1/2/12).

Paidi Herman Sudirman, lebih dikenal sebagai Pak Maman, menghembuskan nafasnya yang terakhir pada hari Selasa malam (31/1/12) di usia 62 tahun. Beliau sempat koma selama 3 hari akibat serangan stroke yang dialaminya pada hari Minggu (29/1/12), ketika tengah mendampingi anak-anak asuhannya bertanding.







Sekolah sepak bola murah meriah
Lebih dari 25 tahun Pak Maman mengabdikan dirinya melatih anak-anak dan remaja di Sekolah Sepak Bola (SSB) Remaja Bhakti. Tak jarang orangtua sang anak, dulunya pun dilatih oleh beliau. Anak-anak berlatih di lapangan umum berumput liar milik pengelola kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.

Lepas waktu latihan di sore hari, lapangan pun berubah menjadi tempat rekreasi warga perkampungan sekitar. Sekedar melepaskan diri dari rumah petak kontrakannya. Tampak anak-anak berlarian, penjual makanan hingga perabot rumah tangga menggelar jualannya. Sementara barisan motor memadati pinggir lapangan.

Di usianya yang semakin lanjut, kecintaan beliau terhadap bola dan anak-anak terus mewujud lewat kehadirannya nyaris tiap sore di lapangan. Hanya tiap hari senin latihan beliau liburkan, agar anak-anak bisa beristirahat setelah biasanya beliau ajak mengikuti kompetisi ataupun laga persahabatan di hari minggunya.

Pak Maman tidak pernah nggak datang, sehat benar itu Aki-aki, nggak pernah ada sakitnya," ungkap seorang pemilik Bengkel Las dekat lapangan tempat latihan.

Pak Maman hanya mengenakan iuran bulanan sebesarnya 20 ribu. Ini membuat SSB Remaja Bhakti relatif terjangkau oleh segala kalangan. Sesuatu yang semakin langka dijumpai di ibukota ini. Maka tak heran kebanyakan anggotanya berasal dari keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Profesi orangtuanya pun beragam, mulai dari pemilik usaha kecil, buruh, pemilik warung makan, pengrajin sendal, petugas keamanan, ojeg, hingga TKW. Bahkan beliau tak segan mengratiskan beberapa anak yang begitu giat berlatih, namun kesulitan membayar.

Sekalipun hanya didukung fasilitas seadanya, namun kesungguhan Pak Maman dalam melatih membawa SSB Remaja Bhakti meraih beberapa prestasi. Akhir Desember 2011 lalu SSB Remaja Bhakti U-9 meraih juara ke-2 pada Festival SSB Petrostream Sporteo. Tak sengaja saya juga menemukan catatan positif tentang SSB Remaja Bhakti yang ditulis Pulomas Soccer School.

Membuka peluang bagi anak-anak
Suatu kali pernah saya bertanya mengapa beliau begitu semangat melatih anak-anak. 

Daripada anak-anak habis waktu nya main playstation, lebih sehat main bola. Juga bisa lebih mudah nanti cari kerja, kalau bagus main bolanya,” jawab Pak Maman.

Menurut beliau, kemampuan bermain sepak bola menjadi nilai tambah ketika melamar pekerjaan seperti di pabrik atau BUMN. Setidaknya demikian pengalaman beliau dengan kedua putranya. Seorang bapak, pemilik warung makan, yang kebetulan mengantarkan anaknya berlatihpun membenarkan hal tsb.

Sebagai seorang senior di dunia persepakbolaan, beliau punya jejaring yang cukup luas. Setidaknya terlihat dari cukup banyaknya undangan kompetisi yang diperolehnya. Bagi beliau aktif ikut kompetisi bukan semata-mata soal cari menang.  “Yang penting main sebaik-baiknya, kalau kamu main bagus, pasti nanti ada aja yang liat,”  ujarnya.

Lewat cara ini beliau mengantarkan anak-anak yang berbakat ke tingkat lebih tinggi. Suatu kepuasan tersendiri baginya melihat anak asuhnya berhasil.  Sebut saja Zidan, pemain SSB Bina Taruna, yang baru saja mendapat anugerah pemain terbaik U-11 di Soccer Fun Festival 2011 yang digelar di POR Pelita Jaya Sawangan.

Zidan awalnya belajar sepak bola di SSB Remaja Bhakti sejak masih Taman Kanak-kanak. Sampai akhirnya lewat berbagai kompetisi yang diikutinya bersama SSB Remaja Bhakti, bakatnya tertangkap radar SSB Bina Taruna, hingga kemudian dipinang untuk bergabung.

Tak segan mengurusi segala hal

Selama saya kenal Pak Maman setahun ini, sekali waktu saya melihat beliau ditemani orang tua atau mantan anak asuhnya melatih. Sempat juga ada Bu Maman yang membantu beliau mengurusi administrasi. Tapi Pak Maman lebih sering terlihat sendiri mengurusi semuanya, baik melatih maupun administrasi.


Bahkan beliau sendiri yang merapikan rumput yang memang tumbuh liar di lapangan tempat latihan. Beberapa waktu yang lalu salah seorang ibu melihat beliau menggali sendiri saluran kecil di pinggir lapangan supaya air tidak tergenang di lapangan.
Kasihan anak-anak latihannya kalau becek”, ungkap Mama Sofyan mengenang percakapannya terakhir dengan Pak Maman.
Selain itu beliau tak segan berkeliling dengan motornya mengumpulkan kelengkapan administrasi yang kurang tiap kali ada kompetisi. Beliau juga yang mengurus sewa angkot ataupun pick-up untuk mengangkut anak-anak ke tempat pertandingan.
Anak saya semata wayang begitu terkesan dengan pengalaman pertamanya naik pick-up bersama teman-teman bolanya. Juga kesabaran Pak Maman membantunya dan anak-anak kecil lainnya yang belum trampil mengikat tali sepatu yang lepas di tengah-tengah latihan.
Kesabaran beliau menghadapi anak-anak juga meninggalkan kesan mendalam bagi para orangtua.
“Tak pernah sekalipun saya dengar Pak Maman berkata kasar ke anak-anak”, ungkap Papa Mitchel. “Biar marah sekalipun beliau hanya akan berseru keras agar anak tsb memperhatikannya atau bermain lebih baik. Herannya anak-anak nurut apa kata Pak Maman,” jelasnya lebih lanjut.
Tim SSB Remaja Bhakti bersama Sang Pelatih tercinta & istri (Lap. Sepakbola Bea Cukai, 27/3/11)


Kepergian yang indah
Kini pelatih yang penuh integritas tsb telah pergi. Mendadak memang, dan rasanya sulit untuk percaya. Tapi rasanya tak ada akhir hayat yang lebih indah bila ingat betapa hingga akhir sadarnya beliau tengah bersama anak-anak di lapangan bola, sesuatu yang begitu dicintainya sepenuh hati. InsyaAllah beliau khusnul khotimah.

Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan beliau serta memberi pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikannya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan kesabaran menghadapi kepergian beliau.

Sungguh Pak Maman telah memberi teladan sebaik-baiknya diri yang bermanfaat bagi sesama. Lewat caranya beliau membuat perubahan. Kepergiannya meninggalkan rasa kehilangan yang begitu mendalam. Hati saya bersama anak-anak yang tengah kehilangan dan juga para orangtuanya.

Saat ini tak satupun di antara orangtua yang bisa menjawab bagaimana masa depan latihan bola anak-anak. Hanya ada harap-harap cemas semoga segera ada pelatih pengganti yang mencintai anak-anak dan iuran SSB masih bisa terjangkau seperti sediakala.

Catatan:
Tak banyak yang saya ketahui mengenai karir Pak Maman sendiri sebagai pemain bola. Sempet saya dengar cerita dari Bu Maman, kalau beliau pernah setahun bermukim di Prancis. Selain itu saya juga sempat dapat kabar beliau mendapat penghargaan pertengahan tahun lalu atas dedikasinya dari Persija Timur. Penghargaan tsb diserahkan pada suatu acara tumpengan di Lapangan Bea Cukai, Jakarta Timur.

5 komentar:

  1. ane dulu anak didiknya.
    beliau memang sangat baik orangnya, perjuangannya tulus banget.
    sewaktu ikut ligana milo, kira-kira tahun 2000. itu semua yang mau tanding beliau suruh menginap di rumahnya. makan, transport, dll semua beliau tanggung.
    beliau juga menyewa angkot untuk keluarga yang ingin melihat anaknya.
    begitu juga pas liga campina.
    mulia sekali.

    Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan beliau serta memberi pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnnnnnnn....
      Semoga kebaikan & ketulusan yg dicontohkan beliau jadi pendorong anak didiknya untuk berbagi kebaikan dengan cara masing-masing.

      Kalau boleh tahu bagaimana bisa sampai ke tulisan ttg beliau di blog ini? Trims

      Hapus
  2. Saya dulu anak didiknya . Beliau luar biasa baiknya . Semoga almarhum diampuni segala dosanya . Dan ditempatkan di tempat terbaik di sisiNYA.. aminn

    Pak maman luar biasa 👍

    BalasHapus
  3. Saya atas nama Andika nur Adithia,dan ziki dama perdana termikasih pa Maman ilmu mu masih terpakai sampai saat ini. semoga menjadi ilmu yang bermanfaat di akhirat nanti.. aminnnnn
    Saya ingin bercerita sedikit awal beliau jatuh di tengah lapangan saat saya bermain di pam jaya. Waktu itu beliau pingsan karena serangan stroek dan lalu di tengah pertandingan di berhentikan untuk memastikan keadaan beliau baik baik saja, dan beliau di rawat di rumah sakit teman saya sendiri Michel. Setelah di rawat 2 hari beliau di kabarkan minggal dunia ya Allah di kala itu saya sangat terpukul sekali mendengar kabar itu. TERIMAKASIH PA MAMAN ATAS DEDIKASINYA KEPADA KAMI SAYA TIDAK AKAN PERNH LUPA AKAN JASAMU PA..
    #remaja Bhakti 2012
    #menolak lupa
    @andikanrdtya
    @zikidamaaa

    BalasHapus
  4. Iya om,ilmu yg beliau berikan masih teringat jelas di otak saya, dri yg gabisa sampe bisa��

    Semoga pak maman diampuni dosa2nya,dan semoga khusnul khotimah��

    BalasHapus

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...