Rabu, 15 Mei 2013

Jelajah tiga benteng kolonial di Cilacap

Begitu woro-woro tur "Berlabuh di Nusa Kambangan, 10-11 Mei 2013" diluncurkan oleh Jaladwara di awal April, saya langsung tanya orang rumah siapa yang berminat. Seketika Kaysan langsung angkat tangan. Bayangan bakal didongengi sejarah dan kemping sepertinya menjadi dua daya tarik tur tsb baginya. Adik saya, Tia, juga tertarik bergabung dalam tur Jaladwara tsb.



Tulisan ini lebih banyak menyentuh sisi personal dari pengalaman ikut tur kali ini. Sisi yang tidak tertangkap di dokumentasi kegiatan panitia. Sementara dokumentasi lengkap kegiatan jelajah hari pertama dan kedua yang terekam panitia bisa disimak di:
Trip Berlabuh di Nusa Kambangan [Hari 1]
Trip Berlabuh di Nusa Kambangan [Hari 2]



Kontribusi biaya

Saya meminta kontribusi Kaysan terhadap biaya tur yang besarnya 290 rb. Ternyata Kaysan menyambutnya dengan positif. Ia mengalokasikan uang dari 3 buku jatah best time renangnya plus 1 jatah buku bulanannya untuk biaya tur, total sebesar 200 ribu.

Untuk menambah kekurangannya, ia dapat ide untuk jualan es sirup dan milk shake. Saya adalah orang pertama yang ditawari jualannya. Selain itu ia jualan ke anggota keluarga besar lain di rumah, tante yang berkunjung, dan teman yang bermain.

Sekitar lima hari sebelum keberangkatan, kami mendapat info singkat tentang kegiatan. Kaysan sempat terkejut, karena uangnya belum cukup. Ia baru mendapat keuntungan sekitar 25 ribu :-) Terharu melihat upayanya, saya pun menggenapkan kekurangan serta sepakat menanggung transport Jakarta-Cilacap pp.

Himbauan minim sampah

Salah satu yang menarik dalam info singkat tentang kegiatan adalah himbauan bagi peserta untuk mengurangi sampah sejak sebelum berangkat. Selengkapnya berbunyi sbb:

Salah satu dampak kegiatan berwisata adalah sampah. Agar tidak menambah beban sampah di lokasi yang kita kunjungi, maka kami menghimbau para peserta untuk:
  1. Membawa makanan /minuman yang tidak menghasilkan sampah, terutama sampah styrofoam dan plastik.
  2. Setiap sampah (kering) pribadi akan dikumpulkan dan dibawa oleh tiap peserta ke kotanya masing-masing agar tidak menambah beban sampah di lokasi yang dikunjungi. Bagi yang tidak menghasilkan sampah kering, berarti ga perlu bawa sampah pulang ☺
Untuk mengurangi dampak tiap kali berwisata, Jaladwara mengajak peserta untuk menerapkan ”Leave nothing but footprints, take nothing but pictures, kill nothing but time (and mosquitoes :D)
Beberapa jam sebelum berangkat Tia mendadak punya ide untuk bikin cookies, demi sejalan dengan himbauan panitia. Asalkan Tia yang masak, saya dukung sepenuhnya :-) Tia baru rampung bikin cookies kira-kira 2 jam sebelum berangkat. Tapi upayanya sepadan, karena cookiesnya jadi rebutan di perjalanan.

Jadi bekal perjalanan Kaysan, Tia, dan saya adalah dua kotak cookies coklat, permen jahe dalam kaleng, sebungkus roti sobek keju, 5 kotak susu coklat, dan masing-masing bawa minum dalam botol yang bisa diisi ulang.

Tia sedang bikin cookies

 

Berangkat ke Cilacap

Titik kumpul tur Jaladwara adalah Teluk Penyu (depan Benteng Pendem), Cilacap. Peserta dari kota yang berbeda diberi kebebasan untuk memilih moda transportasi yang membawanya ke titik kumpul. Tidak perlu khawatir, panitia juga sudah menyediakan info lengkap tentang angkutan umum (kereta, bis, travel) yang tersedia.

Malah kami dibantu panitia dari Jaladwara untuk mencari angkutan umum dari Jakarta. Panitia juga yang membantu kami memesankan tiket bis pulang nantinya di Terminal Cilacap. Jadi walaupun kumpul di tempat, peserta tidak perlu terlalu pusing memikirkan transportasi. Terima kasih ya panitia ;-)

Kami bertiga awalnya memilih naik bis demi penghematan. Selain kami, ada juga lima peserta lainnya yang hendak berangkat bersama. Kami berdelapan terdiri dari 4 dewasa, 2 remaja SMP, dan 2 anak SD. Akhirnya rombongan besar kami memutuskan berangkat naik Travel New Banyu Biru.

Keputusan transportasi ini berubah karena hanya satu PO bis dari Jakarta ke Cilacap yang melayani pemesanan, tapi kabar kepastian tiket tidak kunjung kami peroleh dari PO tsb. Sementara kami tidak berani ambil resiko harus rebutan bis di terminal karena waktu keberangkatan jatuh di long weekend.

Ketika tiba hari keberangkatan (Kamis, 9 Mei 2013) kami dijemput oleh travel sekitar pukul 20.00 WIB. Dua peserta (Melly dan Salma, keponakannya) sudah dijemput lebih dulu. Sementara di kediaman kami sudah berkumpul Dhika dan Bagas (kakak beradik anak tetangga yang dititipkan ke saya) serta Oddy. Kami berdelapan pas muat dalam mobil L-300 keluaran tahun 2011.

Tepat pukul 20.30 WIB rombongan bergerak menuju pintu tol JORR Bintara. Perjalanan ke Cilacap melalui rute jalur utama Tol Cikampek, Cipularang, Cileunyi, Nagrek, Malangbong, Tasikmalaya, Ciamis, hingga Banjar. Dari Banjar travel memilih jalur alternatif Padaherang, Sidareja, Jeruk Legi, lalu masuk Kota Cilacap. Total jarak yang ditempuh sekitar 430 km.

Transit menunggu waktu kumpul

Rombongan tiba di Cilacap sekitar pukul 05:00 WIB hari berikutnya. Masih sekitar 8 jam lagi dari waktu pertemuan tur yang disepakati pada pukul 13:00 WIB. Masih bersama mobil travel kami mencoba peruntungan mencari penginapan yang mengijinkan rombongan untuk menyewa satu kamar sekedar untuk transit. Baru di hotel kedua kami berhasil, yaitu Hotel Teluk Penyu.

Hotel transit kami cukup nyaman, kamar mandi di dalam dan ber-AC seharga 150 rb. Berada di jalan utama yang strategis (pertemuan Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan Jl. Ki Hajar Dewantara), sekitar 3 km dari tempat berkumpul di Teluk Penyu. Kami sarapan di sebuah kantin rumahan yang nikmat di Jl. Kantil, sekitar 200 m dari hotel. Kami melewati mesjid yang bisa untuk sholat Jum'at siangnya.

Usai sholat Jum'at, rombongan bergerak menuju Teluk Penyu dengan angkot sewaan. Ongkosnya dihitung sebesar 3 rb per orang. Penetapan harga yang sangat adil dan transparan menurut saya. Tempat kumpul tur ini adalah sebuah warung pinggir pantai yang memiliki beberapa kamar mandi umum di sampingnya. Baru ada rombongan dari Yogya (Rowena dan Inu) ketika kami tiba.


Angkot sewaan


Begitu melihat pantai, Bagas dan Kaysan langsung main air hingga basah seluruh pakaiannya sambil menunggu peserta lainnya tiba. Tak lama bergabung rombongan keluarga dari Jakarta yang berangkat dengan kendaraan pribadi (Kak Jasmin, Bang Ucok, Nabil, dan Eyang Sophia). Terakhir datang rombongan kereta api (Mbak Moudy, Erwin, Dwi, dan Jessi).

Bagas dan Kaysan senangnya main air

Total peserta tur ada 16 orang dan 2 panitia (Inu dan Melly). Jumlah peserta tur Jaladwara memang selalu dibatasi agar tidak terlalu besar. Wisata masal dikhawatirkan mengganggu daya dukung obyek yang dikunjungi. Di samping itu kesempatan interaksi antar peserta maupun dengan pemandu jadi minim dan tidak akrab. 

Jelajah hari pertama

Kegiatan inti dari tur 2 hari ini adalah menelusuri jejak rempah dan jelajah tiga benteng yang tersebar di Teluk Penyu dan Pulau Nusa Kambangan. Kegiatan resmi dibuka dengan makan siang. Lalu dilanjutkan berjalan kaki ke Benteng Pendem. Inu yang menjadi pemandu perjalanan ini tidak sekedar bercerita. Tapi juga siap dengan aneka foto tempo dulu untuk membantu peserta membayangkan kehidupan di masa lalu.

Terpana dengan dongeng Inu



Malamnya kami gagal berkemah di pantai pasir putih Nusa Kambangan karena mendadak ada kendala dengan perijinan. Tapi kami tetap berkemah di lokasi yang berbeda dan mengalami serunya malam-malam bekerja sama mendirikan tenda. Kemah pinggir pantai memang luar biasa panasnya. Kaysan sulit sekali untuk terlelap. Sebenarnya lebih nyaman tidur beratapkan langit. Sayangnya mendung dan hujan menghalangi.

Jelajah hari kedua

Setelah bongkar tenda, pagi sekali rombongan langsung menyeberang ke Pulau Nusa Kambangan untuk sarapan dan lanjut dengan jelajah Benteng Karang Bolong. Perjalanan dengan perahu sekitar 15 menit. Untuk mencapai Benteng Karang Bolong, peserta harus trekking masuk ke dalam pulau dengan tutupan pohon yang lebih lebat dan medan yang cukup naik turun sekitar 30 menit. Hebat sekali Eyang Sophia bisa menaklukannya.

Bongkar tenda


Berlabuh menuju Pulau Nusa Kambangan



Kali ini Inu tidak memandu dengan bercerita. Ia dan Melly sudah siapkan permainan semacam treasure hunt yang membuat peserta bisa asyik bermain sambil menjelajahi benteng. Tak terasa sudah sekitar 1 jam peserta berkeliling benteng megah tipe tour modele ini. Menurut Tia dinding benteng yang sudah ditumbuhi pohon-pohon raksasa ini mengingatkan pada Angkor Wat, Kegiatan jelajah Benteng Karang Bolong ditutup dengan diskusi seru membahas temuan.

Trekking menuju Benteng Karang Bolong

 
Gerbang Benteng Karang Bolong



Treasure hunt yang asyik dan membangun kerjasama peserta

O...ya selama di Pulau Nusa Kambangan, Kaysan berusaha mengikuti himbauan panitia untuk tidak meninggalkan sampah. Jadi ia simpan kotak susu kosongnya dalam kantong sampah bonus dari majalah National Geographic Kids untuk dibawa pulang ke Jakarta.

Sampah kering di kantong sampah bonus dari National Geographic Kids


Kami kembali ke warung dekat tempat perahu berlabuh untuk makan siang. Lalu naik perahu sekitar 5 menit menuju Pantai Karang Tengah tempat Benten Klingker berada. Benteng ini terletak di sebuah bukit di balik semak belukar tidak jauh dari pantai. Jalan menuju benteng sebenarnya sudah ada paving block tapi nyaris tak terlihat tertutup rumput liar.

Dermaga pantai timur Pulau Nusa Kambangan tempat sarapan dan makan siang

Decak kagum spontan terlontar dari peserta melihat benteng cantik tipe martello, yang sayangnya sudah nyaris runtuh. Sisa-sisa keanggunannya masih nyata terlihat. Kami tak terlalu lama di Benteng Klinger. Anak-anak begitu khawatir benteng rubuh sewaktu-waktu menimpanya.

Foto bersama di depan Benteng Klingker


Usai jelajah, kami balik ke Pantai Teluk Penyu dengan perahu. Acara ditutup di warung tempat pertama kali kami berkumpul. Peserta diminta menghubungkan apa yang sudah dilihat dari masa lampau dengan masa sekarang dan masa depan. Kalau saja pelajaran sejarah dari dulu begini bentuknya, bisa muncul cara pandang lain. Banyak pelajaran pastinya bisa dipetik dari masa lampau untuk mencari solusi bagi persoalan masa depan, seperti harapannya Jaladwara.

Kebersamaan lintas generasi

Apreasiasi datang dari Eyang Sophia dan juga Kak Jasmin untuk panitia yang menyiapkan tur yang berbeda dari yang lain dan memunculkan semangat kebersamaan di antara peserta. Salut memang untuk panitia yang bisa memfasilitasi kegiatan yang menarik peserta dengan rentang usia yang luar biasa lebar ini. Mulai dari Kaysan yang usia 9,5 tahun hingga Eyang Sophia yang usianya sudah 85 tahun.

Kekurangan teknis di sana-sini insyaAllah bisa diperbaiki lagi di kegiatan mendatang, terutama supaya acara bisa berjalan sesuai waktu yang sudah dirancang. Usai acara Kaysan sudah langsung tanya, kalau tahun depan kemana lagi jelajahnya :-D Semoga ia makin rajin nabung dan berwirausaha demi membiayai jalan-jalannya :-D

Pulang ke Jakarta

Rampung acara, peserta bersih-bersih di kamar mandi warung dan kembali ke kota masing-masing sesuai cara kedatangan. Kecuali Melly yang datang dari Jakarta, tapi kembali ke Yogya. Rombongan kami yang naik travel dari Jakarta bersama rombongan Yogya menuju ke terminal bis dengan angkot sewaan. Kami akan naik bis pukul 19:00 WIB menuju kota masing-masing.

Terminal Cilacap


Bis Gapuraning Rahayu yang kami naiki hanya istirahat sekali di Nagrek. Lalu sekitar pukul 04:00 WIB dini hari keesokannya sudah masuk Terminal Kampung Rambutan. Bis yang tarifnya tidak sampai setengah harga travel ternyata tak kalah nyamannya (bis 65 rb, travel 150 rb).

Petualang kepagian di Terminal Kampung Rambutan


Bagas, Dhika, dan Salma sempat kedinginan karena barang-barang disimpan di bagasi dan lupa bawa naik jaketnya. Untung ada sarung pinjaman Om Oddy dan bisa ambil sleeping bag pas bis istirahat. Semoga jadi pelajaran untuk anak-anak di trip berikutnya :-)

Sampai di rumah, Kaysan bukannya tidur tapi malah sibuk lanjut jelajah benteng dipandu Mr. Wiki.

Lanjut jelajah benteng dipandu Mr. Wiki







2 komentar:

  1. Bagus banget ! pengalaman yg sangat berkesan dan mendidik yaa...

    BalasHapus
  2. subhanalloh, saya yang orang cilacap aja belum pernah blusukan kesana :P

    BalasHapus

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...