Rabu, 25 September 2013

Latihan menyunting tulisan

Salah satu cara Kaysan belajar di rumah adalah dengan latihan menulis. Senin 16/9/13 lalu ia menunjukkan hasil tulisannya tentang perjalanan ke Gunung Gede. Karena ia ingin mengirimkannya untuk sebuah majalah anak-anak, hari Selasa pagi 24/9/13, ia belajar menyunting tulisannya. Padahal biasanya tiap kali selesai menulis, langsung ia posting di situs miliknya tanpa disunting.

Ternyata menyunting pekerjaan tak semudah yang ia bayangkan. Sempat beberapa kali ia ingin buru-buru menyudahinya, tapi saya terus mendorongnya dengan setengah memaksa untuk menuntaskan. Hingga terlontar ucapan, "Kaysan, nggak mau ah jadi editor."

Sempat galau, apakah saya terlalu berlebih-lebihan. Namun saya ingin melatihnya untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulainya. Sehingga ketika malam sambil ia mengisi buku catatan kegiatan hariannya, kami berbincang dan terjadi dialog berikut, saya langsung lega rasanya :-)

K: "Wah hari ini Kaysan kerja keras"
S: "Kerja keras apa?" (sambil menduga kerja keras karena baru saja pulang latihan atletik)
K: "Itu benerin tulisan..."
S: "Ohhhhh...tapi bagaimana rasanya sekarang setelah berhasil selesai?"
K: "Senenggggg...."
S: (fuih...leganya) "Ada peribahasanya loh...berenang-renang ke hulu, berakit-rakit ke tepian, bersenang-senang dahulu....eh, salah ya...wkwkwkwkwkwk" 
K: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian bu...."

Balik ke topik menyunting.... Setelah selesai, mendadak terpikir untuk mencatat proses belajar yang kami lakukan hari ini. Untuk mengingat apa saja yang sudah dipelajari, supaya bisa jadi pedoman bagi kami untuk penyuntingan berikutnya. Sekaligus menyimpan tautan-tautan referensi yang tadi digunakan.

Penyuntingan
Penyuntingan yang kami lakukan hari ini meliputi 8 hal berikut. Untuk 1 s/d 4, dengan mudah Kaysan bisa melakukan koreksi sendiri setelah melihat referensi. Sementara untuk 5 s/d 8 niatnya sebatas pengenalan saja, sebatas yang saya tahu. Namun tanpa sadar saya suka terbawa untuk intervensi terlalu jauh. Untungnya Kaysan berteriak protes mengingatkan, "ini kan tulisan Kaysan ibuuuuu". 
  1. Ejaan
  2. Huruf kapital
  3. Tanda baca
  4. Cara penulisan kata depan (preposisi)
  5. Pilihan kata
  6. Logika kalimat
  7. Membuat paragraf
  8. Memilih judul

Berikut diuraikan satu persatu proses penyuntingan. Lihat tulisan Kaysan versi awal (235 kata) dan versi suntingan (233 kata).

1. Ejaan
Ini paling cepat karena hanya ada dua kesalahan - melawati harusnya melewati dan kecapeakan harusnya kecapekan

2. Huruf kapital
Wuih banyak sekali huruf kapital ekstra di tulisan Kaysan. Beberapa kata yang harusnya tidak kapital bila tidak di awal kalimat adalah:
  1. kata pengganti orang (Kami, Orang Dewasa, Pendaki)
  2. nama tempat/benda (Air Terjun, Sumber Air Panas, Puncak, Tebing, Nasi Kuning, Ransel)
  3. kata kerja (Mandi, Tidur, Melewati)
3. Tanda baca
Masih banyak titik yang hilang atau kelebihan


4. Preposisi
Penulisan "di" yang berfungsi sebagai kata depan penunjuk tempat masih semua digabung. Dengan mudah Kaysan bisa koreksi ini setelah mengetahui pedomannya. Namun ada penulisan "di" sebagai imbuhan yang ikut ia pisah, yaitu dalam kalimat: "nasi kuning dibawa dengan ransel". Setelah diklarifikasi, Kaysan paham.


5. Pilihan kata
Pilihan kata yang pertama dikoreksi adalah berikut ini:
        "... aku, ayah, Ibu, Tante Yani, Temanku, Ayah temanku dan Teman Ayahku naik Gunung Gede."

Berhubung anggota rombongan kami banyak, dan satu sama lain saling terkait dengan cara yang beragam, jadi terlalu rumit untuk dijelaskan :-) Akhirnya dipilih kalimat berikut:
         "...aku bersama keluarga dan teman-teman orang tuaku mendaki Gunung Gede..."

Lalu kata "naik" dalam kalimat "... naik Gunung Gede" diubah jadi "mendaki"

Saya juga sempat meminta Kaysan menjadi kata lain pengganti "dan" dalam kalimat di bawah ini:
       "Kami pun mendirikan tenda dan tidur."

Ia sempat kesal, karena mulai bosan. Akhirnya saya bantu dengan menyodorkan beberapa opsi kata pengganti yang saya pilihkan secara acak. Saya minta ia mencoba kata-kata berikut untuk menggantikan kata "dan" dalam kalimat di atas dan memilih mana yang tidak merubah arti. 

        lalu, pada, maka, kemudian, cara, baru, sebelum, pakai

Menurut Kaysan, kata "lalu, kemudian, baru, sebelum" yang mempunya arti sama. Ia memutuskan kata "baru" yang ingin dipakainya, sehingga kalimatnya menjadi "Kami pun mendirikan tenda baru tidur."

Satu hal lagi, saya juga minta Kaysan untuk mencari sinonim dari kata "lain" dalam kalimat berikut:
        "....melalui jalan lain, karena diberitahu pendaki lain."

Akhirnya ia temukan kata "beda" sebagai sinonim kata "lain", tapi kata "beda" perlu ditambah imbuhan "ber". Lalu kalimat di atas pun berubah jadi "....melalui jalan berbeda, karena diberitahu pendaki lain."

Terlepas dari perubahan-perubahan di atas, ada kalimat yang jadi favorit saya dari tulisan Kaysan versi awal. Bagian ini sama sekali tidak perlu disunting. Kagum juga melihat ia bisa merangkai kalimat sebaik ini.
"Tebing itu sangat berbahaya karena tidak ada pengaman. Namun kami tidak tahu jalan lain, sementara keinginan sampai ke Puncak mengalahkan ketakutan itu."

6. Logika kalimat

Bila dibandingkan tulisan versi awal dan suntingan, akan terlihat jelas bagian-bagian yang saya minta Kaysan klarifikasi supaya pembaca tidak salah paham.


7. Membuat paragraf
Awalnya tulisan Kaysan hanya terdiri dari satu paragraf. Setelah saya baca tuntas, terlihat ia menceritakan kejadian secara kronologis. Untuk itu saya minta ia untuk memecah tulisan jadi satu hari dalam satu paragraf.


8. Judul
"Pendakian Gunung Gede" dirasa lebih cocok sebagai judul daripada "Perjalanan ke Gunung Gede"








Tulisan 

Versi awal (235 kata)
Perjalanan ke Gunung Gede

Setahun yang lalu aku, ayah, Ibu, Tante Yani, Temanku, Ayah temanku dan Teman Ayahku naik Gunung Gede. Aku naik Gunung Gede pada April, 2012. Kami mulai naik Pukul 22:00 WIB. Kami berjalan sampai Panyangangan. Pukul 01:00 WIB. Kami pun Tidur disitu, keesokan harinya aku bangun Sekitar Pukul 06:30, makan, lalu kembali melanjutkan perjalanan diluar dugaan aku dan Bagas melejit jauh kedepan. Tak lama kemudian aku dan Bagas sudah sampai di Air Terjun yang Panas, maka Kami menunggu Orang Dewasa. Setelah lewat Air Terjun, kami Mandi di Sumber Air Panas yang ternyata Hangat. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak Tempat istirahat terakhir sebelum Puncak. Esoknya kami jalan ke Puncak Gunung Gede dijalan kami harus Melawati Tebing dengan kemiringan hampir 90 derajat. Tebing itu sangat berbahaya karena tidak ada pengaman. Namun kami tidak tahu jalan lain, sementara keinginan sampai ke Puncak mengalahkan ketakutan itu. Aku pun memanjat di jalan tanganku kebal karena masih dingin. Namun aku tetap naik sampai atas, kami melanjutkan perjalanan. Karena batu-batu itu sangat tinggi aku pun kecapekan, sesak dadaku karena kecapeakan. Sampai diatas aku melihat ada orang membakar sate baunya harum sekali. Diatas aku juga menemukan bapak yang jualan Nasi Kuning, uniknya Nasi Kuning itu dibawa dengan Ransel. Setelah itu aku turun melalu jalan lain. Aku dikasih tau Pendaki lain. Sampai dibawah kami makan, lalu turun alhamdulillah, aku sampai dibawah dengan selamat. Setelah kami pun pulang kerumah aku sampai dirumah Pukul 00:00.


Versi suntingan (233 kata)

Pendakian Gunung Gede

Pada bulan April 2012, aku bersama keluarga dan teman-teman orang tuaku mendaki Gunung Gede lewat Cibodas. Kami mulai naik pukul 22:00 WIB. Kami sampai di Panyancangan pukul 01:00 WIB. Kami pun mendirikan tenda baru tidur. Keesokan harinya aku bangun sekitar pukul 06:30 WIB. Lalu kembali melanjutkan perjalanan sesudah makan. Di luar dugaan aku dan Bagas, temanku yang juga ikut, melejit jauh ke depan. Tak lama kemudian aku dan Bagas sudah sampai di air terjun yang panas maka kami menunggu orang dewasa. Setelah lewat air terjun, kami mandi di sumber air panas yang ternyata hangat. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak, tempat bermalam sebelum ke puncak.

Esoknya sebelum shubuh kami jalan ke puncak Gunung Gede melewati tebing dengan kemiringan hampir 90 derajat. Tebing itu sangat berbahaya karena tidak ada pengaman. Namun kami tidak tahu jalan lain, sementara keinginan sampai ke puncak mengalahkan ketakutan itu. Aku pun memanjat sambil berpegangan ke tebing yang dingin hingga tanganku terasa baal. Karena jalan pendakian semakin terjal, aku pun kecapekan. Sesak dadaku karena oksigen semakin tipis. Sampai di atas aku melihat ada orang membakar sate, baunya harum sekali. Di atas aku juga bertemu bapak penjual nasi kuning, uniknya nasi kuning itu dibawa dengan ransel.

Setelah itu kami turun ke Kandang Badak melalui jalan berbeda, karena diberitahu pendaki lain. Sampai di Kandang Badak kami makan, lalu turun menuju ke Cibodas. Alhamdullilah, kami sampai dengan selamat pada pukul 18:00 WIB.







1 komentar:

  1. Hahahaha....asisten peneliti tante teja dan pak camat tempat tante teja kerja, perlu juga baca tips menyunting kaysan :-)

    BalasHapus

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...