padaku paman berjanji
mengajak libur di desa
hatiku riang tidak terkira
terbayang sudah aku di sana
mandi di sungai
turun ke sawah
menggiring ternak ke kandang...
Alhamdulillah, lirik lagu tersebut benar bisa dialami oleh Kaysan. Sepanjang long-weekend tanggal 6-8 April 2007, Kaysan berpetualang bak si "Bolang" (bocah petualang, salah satu tontonan favoritnya). Bersama Bang Fachril dan Bang Gafi (walaupun masih bocah Gafi jalannya oom untuk Kaysan), serta Datuk Adil, Kaysan menjelajah Koto Kociak di Kabupaten Limapuluh Koto, Sumbar. Koto Kociak adalah kampung kelahiran alm. Datuk Syahril, ayah saya, yang
tak sempat dikenalnya. Lokasinya sekitar 20 km arah barat daya dari
Kota Payakumbuh.
Tangguak ikan
“Kaysan mau makan apa siang ini?" kata Datuk Adil. “Kalau mau makan ikan, tangguak (ambil) dulu ikannya di kolam,” lanjut Datuk. Langsung Kaysan dengan mantappp jawab “ya...makan ikan”! (hmmm pasti karena tawaran tangguak ikannya, bukan karena doyan ikannya :-)). (Foto 1 & Foto 2)
Kumpulin telur
“Sebelum ke rumah Buyut Timah bakar ikan, kita ke kandang ayam dulu ya,” kata Datuk Adil. Datuk ini peternak ayam petelur. Tiap hari bisa terkumpul sekitar 6.000 telur. Hari ini Kaysan ikut bantuin ya…Tuk. Kabupaten Limapuluh Koto ternyata memang penghasil telur terbesar di Sumatra Barat. (Foto 3 & Foto 4)
Mandi di sungai
Setelah makan enak dengan Ikan Nila Bakar yang fresh from the pond, kita main ke sungai di Baruh. Pertama kali nih Kaysan ke sungai. Langsung asyik main sama Bang Fachril dan Gafi. Ayo tebak siapa yang lemparannya paling jauh. (Foto 5 & Foto 6)
Naik-naik ke puncak gunung
Nggak lama main air di sungai, karena ternyata yang lain pada nggak bawa baju ganti. Akhirnya diterusin jalan-jalan ke puncak bukit. Sayang kita lupa apa nama bukitnya. Lihat trio Bolang beraksi! (Foto 7 & Foto 8)
Mancing yuk
Bang Fachril semangat sekali mau ngajarin Kaysan mancing. “Ssstttt Kaysan, kalau mancing nggak boleh ngomong aja, tuh ikan-ikan pada kabur. Yuk kita pindah ke kolam satunya, ikan-ikannya lebih besar!” kata Bang Fachril. Tapi tetap saja akhirnya nggak dapat ikan juga. Kailnya jadi putus, karena ikannya kegedean. (Foto 9)
Yuk makan coklat putih
Gagal mancing ikan, “kita petik buah coklat aja yuk” ajak Bang Fachril. Jangankan Kaysan, ibupun baru tau kalau isi buah coklat ternyata putih seperti sirsak. Rasanya juga mirip sama sirsak, asem-asem manis. Biji dalamnya yang dijemur sampai kering, lalu dijual ke pengumpul untuk dibawa ke pabrik dan diolah jadi coklat. (Foto 10, Foto 11 & Foto 12)
Sekarang ini harga biji coklat kering sekitar Rp. 16.000 per kg. "Sekitar dua tahun sudah berbuah kok dan nggak perlu perawatan khusus," menurut Datuk Adil. Jadi nggak heran pohon coklat kembali jadi primadona di sekitar sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar